Hanya sebuah crita pendek yang kubuat saat senggang dan iseng-iseng saja. terinspirasi dari sebuah crita temen yang ku kembangkan sendiri... ini dia critanya...
Matahari telah keemasan sore itu. Awan biru mulai agak gelap. Namun tak menyurutkan keramaian lalu lalang yang terjadi di stasiun kota Bojonegoro. Seorang gadis termenung sendirian di pojok ruang tunggu. Pandangannya penuh harap pada arah datangnya kereta api seolah sedang menunggu kedatangan seseorang yang tlah lama tak bertemu. Dia hanya berdiam sambil sesekali melirik ke arah sana.
Tatapannya mulai kosong, putus asa tepatnya, saat keramaian itu surut oleh gelap malam. “mungkin bukan hari ini” katanya dalm hati. “masih ada eok, mungkin penantianku selama ini akan terbayar besok!! Tapi… iya jika dia datang??” ujarnya. “ tidak..tidak… aku tak boleh menyerah, dia pasti datang memenuhi janjinya!” debatnya dengan dirinya sendiri.
Dia meninggalkan tempatnya dengan langkah gontai. Memang sulit menerima semuanya. Dia teringat setahun lalu, saat satu-satunya orang yang dia cintai ingin pergi meninggalkannya untuk melanjutkan sekolah di sebuah kota. Dengan berat hati dia melepas demi masa depan orabg yang dia cintai itu. Di stasiun Bojonegoro inilah yang menjadi saksi biksu kepergian orang yang dikasihinya, sekalugu penantian panjang yang tak berujung selama ini.
Sebulan telah berlalu dari dimana janjinya seharusnya ditepati. Namun, tak ada kabar apapun yang datang dari dia, apakah dia tidak akan pulang. Tapi… aku mengenalnya tidak seperti itu. Apakah dia lupa akan janjinya?? Aku pun tak tahu. Yang ku tahu dia telah berjanji padaku untuk pulang dan kembali ke sini demi aku tahun ini. Aku memang hanya seorang gadis desa yang biasa. Pasti disana banyak gadis-gadis lain yang lebih cantik dari pada aku. Mungkin dia telah melupakan aku. Semua pikiran negative berkecamuk dalam pikiranku. Aku termenung melihat embun-embun yang menetes pegi ini lewat jendela kamarku. Aku telah menyerah tuk menunggunya.
Akhir-akhir ini banku pojok stasiun itu telah kosong dari penghuninya yang setia semenjak seminggu yang lalu. Tak ada lagi gadis ayunan polos yang menatap arah datangnya kereta api dengan penuh harap. Tak ada lagi harapan yang tersisa. Yang tertinggal hanyalah kekecewaan dan putus asa.
Siang itu, panas terik matahari seakan membakar bumi. Kereta api jurusan Surabaya-Bojonegoro tiba di stasiun Bojonegoro dengan decitan rem yang sangat keras. Penumpang berdesakan berebut untuk turun. Di tengah keramaian itu terlihat sesosok laki-laki turun dari kereta. Memakai seragam dinasnya dan membawa tas ransel berwarna hijau tua. Tubuhnya tinggi, tegap dengan potongan cepak. Tatapannya segera memburu pada seluruh penjuru stasiun. Dia terlihat sedang mencari seseorang. Lalu dia segera baerkeliling stasiun walaupun lelah dari perjalanan yang lumayan jauh. Peluh menetes di wajahnya, rautnya sedikit kecewa. Dia duduk termenung tak menghiraukan sekitarnya. “ ternyata dia tak menungguku disini. Mungkin dia telah melupakan janjiku dulu. Padahal ku berkorban demi dia untuk kembali lagi kesini. Padahal dia juga berjanji kan setia menungguku tuk menjemputku di sini. Padahal ku membawa kabar bahagia untuknya bahwa aku telah sukses dan ingin mengajaknya untuk ikut bersamaku.” Katanya putus asa.
Tanpa banyak menghabiskan waktu, dia segera menuju loket tiket untuk membeli tiket kembali lagi ke Surabaya. Kekecewaan yang sangat sedang menyelimutinya. Tanpa sengaja dia menabrak seorang gaids yang membawa tas besar.
“ maaf.. maaf.. saya terburu-buru” katanya.
Gadis itu tak segera menjawab. Dia masih ternganga dan tak percaya.
“ tian!!!” kata si gadis
“ dewi! Apa itu kamu?? “ jawab tian. ‘”aku tak menyangka kau menepati janjimu. Em… tapi.. buat apa tas sebesar itu??” kata tian
“ sebenarnya aku ingin ke rumah nenek di bandung.
“ apa?? Cowok itu terkaget.
“ ya tapi ini karena ku kira kau takkan pernah kembali kesini”
“ tapikan aku sekarang disini dew, ini demi kamu. Apa kamu akan tetap pergi??” cemas tian.
“ya!!” jawab dewi mantap
“ kau serius?” tian mulai kecewa.
“ ya, aku kan pergi untuk ikut kamu balik ke Surabaya. Biar aku nggak sendirian lagi disini.” Jawabnya sambil tersenyum bahagia
Akhirnya di stasiun Bojonegoro inilah terukir sebuah memori baru tentang kamu dan aku. Dan kan menjadi saksi bisu cinta kita selamanya. Biarlah.. aku tak terlalu peduli lagi akan itu. Yang pasti semua itu kan tersimpan di sebagian hatiku. Dan saat ini aku telah menemukan ujung penantian ku. Ku temukan orang yang begitu ku cintai. Dan ku lanjutkan kisah ku ini bersamanya. Kisah ku dulu yang sempat tertunda karena jarak.
Kini.. semua itu tak perlu ku khawatirkan. Karna kini dia selalu ada disampingku. Menemaniku setiap saat. Dan menguatkan aku dengan senyumannya serta genggaman tangannya. Tak lupa juga cintanya.. ^_^
~HAPPY ENDING~